Jumat, 30 September 2016

Perkembangan Usaha Kecil dalam Era Globalisasi

          Usaha kecil dan menengah sangat menunjang perekonomian bangsa Indonesia dikarenakan dengan adanya unit usaha kecil dan menengah dapat  mengurangi jumlah angka penganguran.
UKM juga berperan penting dalam beberapa hal, yaitu jumlah unit usaha yang terbentuk, penyerapan tenaga kerja, peranannya dalam peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan sumbangannya terhadap ekspor nasional. 

          UKM telah dijadikan sebagai pilihan utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UKM juga telah terbukti tangguh, saat terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari masalah tersebut, disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu :
(1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama
(2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha
(3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja
(4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

          Dalam era perdagangan bebas, dimana siklus produk relatif pendek dan sangat ditentukan oleh selera konsumen, mengharuskan setiap pelaku bisnis memiliki akses yang cukup terhadap pasar dan kemampuan inovasi produk, guna meningkatkan daya saingnya.
Justru hal inilah yang merupakan titik lemah yang dimiliki oleh UKM pada umumnya. Dalam hal ekspor, UKM memiliki potensi untuk meningkatkan penerimaan ekspor. Hanya saja potensi ini belum dimanfaatkan dengan optimal. Hanya UKM yang bergerak di sektor industri tertentu saja yang sudah melakukan ekspor.

          Dalam menghadapi persaingan di Zaman Era Globalisasi yang sedang berjalan, UKM Republik Indonesia dituntut untuk melakukan penataan kembali dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar. Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-an. 


          Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya antara industri yang satu dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan konsep blue ocean strategy.

Sabtu, 24 September 2016

Profil Wirausaha

          


         
Pemilik        : drh.Setyajid dan drh.Evalinda
Company      : d'BestO
Jenis Usaha  : Makanan Cepat Saji


          d’BestO adalah restaurant makanan cepat saji yg menyediakan fried chicken dan burger dengan bahan yg fresh, higienis, sehat, dan halal. Selain fried chicken dan burger, d’BestO juga memiliki menu lain seperti French Fries, spaghetti, Steamed Rice, dan aneka minuman.

d’BestO melayani pesanan dalam jumlah banyak (partai besar), mulai dari 50 box untuk keperluan seperti Syukuran, Pesta Ulang Tahun, Reuni, Arisan, Corporate Gathering Family Gathering, Rekreasi/Tamasya/Piknik, Makan siang rapat perusahaan dan lain sebagainya. Pemesanan, Pembelian dan Pembayaran Order Jumlah Besar bisa dilakukan melalui telpon/SMS, datang langsung, E-mail, Social Media (facebook dan twitter).



Awal mula d’BestO

d’BestO didirikan oleh pasangan suami istri yaitu drh. Setyajid dan drh.Evalinda. Awalnya pada bulan Maret 1994, mereka membuka usaha kecil ayam goreng krispi di kaki lima dengan nama Kentuku Fried Chicken atau lebih dikenal lagi sebagai KUFC. Tapi lama-kelamaan usaha kecil ayam goreng krispi mereka makin disukai dan mendapat respon yang positif dari masyarakat. Karena makin banyak yang menyukai KUFC, maka KUFC berkembang hingga membuka banyak cabang seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, Surabaya, Mataram, Padang dan Lampung.
  
Tahun 1998 beberapa cabang KUFC di luar kota sempat ditutup karna adanya krisis moneter nasional-internasional dan juga beberapa kali terjadi wabah flu burung, yang tersisa hanya di wilayah Bogor dan Depok.

Tetapi di tahun 2010 KUFC membuka usahanya lagi dengan mengganti nama menjadi d'BestO. Dengan meningkatkan kualitas rasa, penyesuaian potongan, harga, menambah menu baru  serta tampilan yang lebih menarik dalam konsep mini resto, d'BestO lebih diarahkan untuk kelas menengah. Hingga kini d'BestO selalu menggunakan bahan-bahan berkualitas dan sudah bersertifikat MUI (Majelis Ulama Indonesia).